Kamis, 11 September 2008

Munggahan

Munggahan ada di JAWA dan SUNDA. Kalau di Jawa istilahnya PUNGGAHAN. Sebenarnya banyak makna di balik tradisi ini, pertama "kepercayaan ada hidup sesudah mati", kedua "kesetiaan dan bakti kepada leluhur", dan ketiga "kepercayaan, setelah mati terputus kesempatan beramal dan mohon ampunan, diantara kesempatan yang tersisa adalah doa dari anak keturunanya".

Tradisi ini pernah ada pada jaman Hindu namun setelah masuknya Islam telah terjadi akulturasi. Munggahan dilakukan menjelang bulan Ramadhan berdasar ajaran bahwa bulan Ramadhan adalah bulan ampunan, maka para leluhur kita yang berada di alam kubur (ALAM BARZAH) akan diberikan ampunan selama bulan Ramadhan dan Munggahan merupakan doa pengantar untuk menyambut para ahli kubur untuk naik ke alam kedamaian penuh ampunan selama sebulan. Maka tradisi Munggahan dilakukan pada akhir bulan Syaban.
Kemudian pada akhir Ramadhan juga diikuti tradisi PUDUNAN, yang berarti turun kembali ke alam Kubur. Doa pengantar selama Pudunan adalah agar kiriman doa selama bulan Ramadhan diterima di sisi Tuhan dan bisa meringankan para ahli kubur. Alam kubur merupakan alam penantian hingga hari kiamat tiba saat semua manusia akan dikumpulkan di padang makhsyar yang merupakan padang peradilan.
Tradisi punggahan juga merupakan satu paket dengan ritual acara NYADRAN, yaitu berziarah ke makam leluhur dan ritual acara BESIK, yaitu bersih-bersih makam. Baik acara besik-nyadran-punggahan-pudunan bukan acara individual tetapi acara kolektif yang ada jadwal di masing2 makam dan masjid. Kalau dibarengi pulang mudik, ajang silaturahmi maupun arisan trah hanyalah efek samping dari tradisi sentral Punggahan. Namun setelah sekian lama tradisi ini berjalan tentu banyak pergeseran2 dari esensi semula dimana ada interaksi budaya industrial kota dengan budaya agraris pedesaan dan tradisi keagamaan.
Tetap berjalannya acara Nyadran-Besik-Punggahan-Pudunan saat ini karena di situ ada iman, ada kebersamaan dan ada manfaat hingga membuat kita tetap setia melestarikan tradisi nenek moyang.
Bangsa China dengan Konfucianismenya merupakan bangsa yang kuat pengabdian dan baktinya kepada leluhur. Demikian juga penganut Islam dengan ajaran bahwa setelah mati terputuslah amal kebajikan manusia kecuali : ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah yang terus mengalir pahalanya, dan anak sholeh yang mendoakannya.
CATATAN :
- Kata sebuah sumber tradisi Besik-Nyadran-Punggahan-Pudunan ini ada kemiripan dengan upacara "CRADDHA" yang berkembang pada jaman Majapahit sekitar tahun 1284 yang sudah terjadi akulturasi dengan tradisi Islam. Craddha (dengan C pakai cacing bacanya Srada, kata kerjanya jadi sradan dan kata aktifnya Nyradan, lidah Jawa melavalkan Nyadran)
- Tradisi Padusan bukan merupakan paket tradisi Punggahan tetapi mensucikan diri dari hadas besar menyambut datangnya bulan Ramadhan dan ini ritual individual yang dijalankan bersama

Tidak ada komentar: