Kamis, 27 Maret 2008

"Betapa Berartinya Hidup", kata STEPHEN HAWKING

STEPHEN HAWKING, kelahiran tahun 1942, adalah Ahli Fisika Teori dari Inggris yang paling cemerlang setelah Newton & Einstein. Dia lulusan Oxford lalu melanjutkan ke Cambridge. Menurutnya dia sebagai layaknya mahasiswa sejamannya, menjalani kuliah secara sangat santai, hanya belajar menjelang ujian saja. Bahkan bila ada mahasiswa pintar berkat ngotot belajar akan dijuluki grayman hampir sama dengan kutu buku, suatu julukan yang rendah. Jadi kurang lebih sama dengan mahasiswa jaman kita, yang terkenal dengan SKS (Sistem Kebut Semalam). Stephen Hawking juga mengakui termasuk anak yang kurang menonjol dalam kelas, prestasinya biasa-biasa saja, cuma tergolong yang beruntung bisa sekolah di Universitas terkemuka Inggris, sekolahnya Issac Newton dulu.

Sewaktu mahasiswa program Ph.D tingkat akhir didiagnosa menderita penyakit ALS, kelumpuhan syaraf motorik yang tidak bisa disembuhkan. Dokter pun memvonis harapan hidupnya tidak lebih dari 2 tahun. Hawking seperti menerima vonis hukuman mati, ”seandainya eksekusi mati bisa diundur betapa sisa hidupnya bisa dibaktikan untuk kemanusiaan”. Justru karena penyakitlah, membuatnya tergugah betapa berartinya waktu, betapa berartinya hidup yang kemudian menyadarkan untuk menggali lebih banyak kemampuan pikirnya. Sebelum penyakitnya parah dia sempat menikah dan punya anak.

Kemudian seperti mukjizat, semangat hidupnya mampu mengubah takdir. Kesungguhan melawan kenyataan hidup tidak sia-sia alhasil dia mampu melahirkan teori-teori besar, “Sejarah Waktu” dan “Black Hole”. Stephen Hawking terobsesi untuk membangun General System Theory mengenai alam semesta. Maksudnya menyatukan teori mengenai alam semesta mikrokosmos berupa partikel sub atom (mekanika kuantum) hingga makrokosmos planet & gugusan bintang dalam galaksi (kosmologi) menjadi satu teori yang padu.

Belajar dari sini saya ingin berbagi inspirasi betapa dia sangat struggle menghadapi hidup, tidak menyerah pada nasib, tidak menggugat Tuhan, tidak menyalahkan Tuhan. Berani mengatakan “sanggup menghadapi hidup”. Apapun anugerah yang dimilikinya sangatlah berharga. Cacat fisik tidak berarti kiamat....

Betapa kita semua juga memiliki kemampuan terpendam yang tidak digali dan didayagunakan. Namun kita kurang menyadari hal ini. Hanya orang-orang semacam Hawking-lah yang pantas menyandang sebagai bangsa yang Agung, sangat berguna bagi kemanusiaan. Sebenarnya hanya satu kata kuncinya, BERSYUKUR. Hal ini sesuai dengan Firman Allah, “Jika kamu bersyukur nikmat-Ku akan Ku-tambah, jika kamu kufur sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Namun bersyukur disini tidak cukup dengan iman dan doa, tetapi dibarengi dengan totalitas tindakan secara nyata.

Ayat suci menyebut ”Demi Waktu”, sedang pepatah Latin mengatakan : “Carpe Diem” atau “Rebutlah Hari Ini”. Tentu dengan tetap ”La haula wala quwwata illa billah” atau ”Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah”.

Tidak ada komentar: