Kamis, 27 Maret 2008

Apa yang diajarkan Ayah Kaya dan Ayah Miskin

Robert T. Kiyosaki, seorang blasteran Amerika Jepang merupakan penceramah ulung dan penulis buku terkenal sekaligus kontroversial ”RICH DAD & POOR DAD”. Menurutnya pembentukan masa depan anak ada di keluarga, dan itu tergantung dari apa yang dianjurkan seorang ayah kepada anak-anaknya. Kiyosaki memiliki ayah kandung miskin dan ayah angkat kaya.

Ayah Miskin
Ayah kandung Kiyosaki seorang yang cerdas, pekerja keras, berpendidikan tinggi dan berprestasi dalam bidang pekerjaannya sebagai dosen. Dia selalu mengajari dan memastikan Kiyosaki untuk berprestasi di sekolah agar bisa mendapatkan jaminan pekerjaan yang layak. Ini tidak salah, namun ayah Kiyosaki bekerja untuk menutupi segala kebutuhan hidup sepanjang hayatnya. Dia hampir tidak memiliki tabungan, alias miskin meskipun tidak benar-benar miskin karena masih bisa membiayai hidupnya sebagai kelas menengah atas. Seorang ayah pagawai, secara tidak sadar akan mengajarkan anaknya untuk menjadi pegawai.

Ayah Kaya
Kiyosaki memiliki seorang ayah angkat pengusaha kaya, seorang pemilik beberapa puluh minimart meski tergolong tidak berpendidikan cukup tinggi. Dia hampir tidak pernah menggurui anak-anaknya meskipun telah banyak memberikan pelajaran berharga yang sering baru bisa dicerna 5-10 tahun kemudian. Kedua ayah Kiyosaki sepertinya mirip meskipun berasal dari etnis yang berbeda. Mungkin kemiripan ini terbentuk karena adanya semangat yang sama, juga sama-sama cerdas, pekerja keras dan berprestasi.

Suatu hari Kiyosaki menanyakan pada ayah kaya, ”bagaimana agar menjadi kaya”. Jawabnya singkat, ”ya harus menghasilkan uang”. Serta merta dia menawarkan kepada Kiyosaki, 13 th untuk menjadi pramuniaga part time sambil belajar menjadi kaya. Meskipun tawaran gaji sangat menyakitkan (baca : rendah), 50 sen dolar per minggu Kiyosaki menerimanya dengan penuh semangat. Setelah menjalani hampir sebulan ayah kaya Kiyosaki tidak pernah menemuinya jadi tidak pernah mengajarkan apa pun padanya.

Saat waktu yang ditunggu tiba, yaitu berusaha menemui ayah kaya dan siap mengadukan segala macam keluhan tentang bayaran yang tidak adil, pelanggaran hukum melakukan perburuhan anak, dan tidak sesuai janji akan mengajarinya menjadi kaya. Saat semua aduan sudah ditumpahkan, jawab ayah kaya pendek, ”kamu baru sebulan bekerja tetapi suara kamu sudah sama dengan semua karyawan saya yang sudah bekerja 15 tahun di sini, keluhannya tidak jauh dari gaji”. Suasana tegang.

Bagaimana kalau gaji saya naikkan, 3 dollar/minggu dengan syarat a, b, c, dst. Terus kalau prestasi bagus gaji pada bulan berikutnya naik 10 dollar/ minggu dengan syarat c, d, e, dst. Dan setiap bulan berikutnya akan naik. “Oke, deal?” Tanya ayah kaya. “Siap Dad”, jawab Kiyosaki. "Boleh tetapi kalau kamu melakukan kesalahan x, y, z, dst. kamu akan dipecat". Sejenak hening.

Nah ini pelajaran pertama. ”Apa yang terpikir oleh kamu saat mendapat tawaran gaji 10 dolar/ minggu pasti kamu bayangkan akan traktir sahabat kamu, akan beli mainan, akan beli sepeda, dst, dst. demikian bukan? Nah itulah sisi ”kerakusan” manusia. Terus apa yang yang terpikir saat mendengar kata ”akan dipecat” sementara kamu telah bergaji 50 dolar per minggu? Pasti ngeri bukan? Nah pada dasarnya manusia seperti itu, satu sisi ”rakus” dan satu sisi lainnya ”penakut”. Kamu yang masih hijau seharusnya bekerja untuk belajar, jangan bekerja untuk uang. Jadi panenlah hasil dalam jangka panjang, bukan jangka pendek. Pelajaran berikutnya ”kuasailah bagaimana uang bekerja untuk kamu, bukan kamu bekerja untuk uang”. Jadi kita harus melek finansial. Investasilah dari gaji kamu untuk masa depan. Dst. dst.”

Demikian sekilas pelajaran ayah miskin yang menggurui secara eksplisit, sedang ayah kaya mendidik dari praktek dengan pembelajaran secara implisit (tacit knowledge). Ayah miskin mengajarkan bekerja untuk uang, sedang ayah kaya mengajarkan bagaimana uang bekerja untuk dia. Ayah miskin menghabiskan uangnya untuk menutup kebutuhan hidup dan ayah kaya menanam sebagian uang hasil kerjanya untuk investasi.

Tetapi pelajaran yang sangat berharga ini baru bisa benar-benar dicerna Kiyosaki 9 tahun kemudian. Sebagai kearifan praktis dan flasafah hidupnya yang kokoh dan mengantarkannya menjadi kaya.

Tidak ada komentar: